Bisnis.com, JAKARTA -- Di dunia pasar modal, siapa tak kenal nama BlackRock, perusahaan manajemen aset terbesar di dunia asal AS yang menggenggam saham hampir di seluruh perusahaan global.
BlackRock juga sukses memiliki 70 kantor di 30 negara.Tak terkecuali di Indonesia, kepemilikan BlackRock di saham emiten-emiten Indonesia pun tidak tipis.
BlackRock menggenggam 20 emiten yang menjadi konstituen indeks saham Blue Chip IDX30. BlackRock juga menanamkan modal di berbagai sektor mulai dari perbankan, tambang, teknologi, telekomunikasi, infrastruktur sampai properti.
Lantas siapa sosok di balik kesuksesan BlackRock?
BlackRock didirikan oleh pendiri dan CEOnya, Larry Fink, pada tahun 1988 di New York City sebagai perusahaan manajemen risiko dan manajer aset institusi pendapatan tetap.
Berdasarkan laporan dari Innovation & Tech Today, saat ini portofolio perusahaan mencapai US$10 triliun atau setara dengan Rp156.000 triliun. Bahkan, menurut Marketwatch, saat ini BlackRock menggenggam sekitar US$40 triliun atau setara dengan Rp625.000 triliun uang yang beredar di seluruh dunia. Artinya BlackRock mengelola seperempat dari uang dunia.
Baca Juga
BlackRock sendiri menguasai lebih dari 90 persen saham teratas di media AS seperti Time Warner, Comcast (NBC, MSNBC, CNBC dan grup media Sky), Disney dan News Corp.
Dibalik kesuksesan BlackRock, ada sosok Laurence Douglas Fink alias Larry Fink sebagai pendirinya. Dia lahir pada tanggal 2 November 1952 dan tumbuh besar di Van Nuys, California.
Setelah menyelesaikan sekolahnya, Larry Fink mengenyam bangku perkuliahan di UCLA dan lulus sebagai Sarjana Ilmu Politik pada tahun 1974. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya untuk mendapatkan gelar MBA di bidang Real Estat di Sekolah Pascasarjana Manajemen UCLA pada 1976.
Usai menyelesaikan studinya, Larry mengawali karier sebagai bankir investasi di First Boston, di mana dia menjadi salah satu penjual pinjaman berbasis sekuritas pertama di bank tersebut. Setelah beberapa tahun, dirinya didapuk menjadi manajer departemen obligasi.
Berkat kepiawaiannya.Fink kemudian dipercaya untuk mengepalai beberapa departemen di bank tersebut seperti menjadi wakil kepala Divisi Pendapatan Tetap Kena Pajak, memulai Financial Futures and Options Department, dan mengepalai Mortgage and Real Estate Products Group.
Dari hasil kerja kerasnya, Fink berhasil menambahkan aset senilai lebih dari satu miliar dolar ke portofolio bank selama masa kerjanya. Sayangnya, pada tahun 1986, dia membuat keputusan yang merugikan bank sebesar US$100 juta.
Namun, kesalahan itu tak membuatnya berhenti begitu saja. Fink kembali bangkit pada 1988 dan membentuk BlacRock di bawah The Blackstone Group, dan menjadi Direktur sekaligus CEO di perusahaan tersebut.
Kemudian, Fink memutuskan untuk memisahkan BlacRock dan Blackstone pada 1994, dan terus membawa BlackRock semakin maju sampai 1999 BlackRock menjadi perusahaan terbuka.
Melansir dari Forbes, Larry Fink memiliki kekayaan mencapai US$1 miliar atau setara dengan sekitar Rp15 triliun.
Nama BlackRock kian dikenal, ketika tahun 2008 terjadi krisis keuangan dan Kepala Federal Reserve Bank of New York meminta BlackRock untuk menganalisis aset pinjaman berbasis sekuritas dan Bear Stearns dan menentukan nilainya.
Di tahun 2022, BlackRock mendirikan BlackRock Solutions, dengan Aladdin sebagai basis bisnisnya. Ini menandai awal dari peran BlackRock sebagai penyedia teknologi.