Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pengelola taksi PT Blue Bird Tbk. (BIRD) mencatat kinerja cemerlang sampai dengan kuartal III/2024, dan diperkirakan akan melanjutkan catatan kinerja positif hingga akhir 2024.
Di samping dengan kinerja positif, ada pula harapan bahwa perseroan bakal menebar dividen kepada para pemegang sahamnya seiring dengan optimisme kinerja laba moncer pada tahun buku 2024.
Berdasarkan Laporan Keuangan BIRD sampai dengan kuartal III/2024, perseroan membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp436,3 miliar, naik 21,06% secara tahunan (year on year/yoy).
Peningkatan laba BIRD seiring dengan peningkatan pendapatan yang tumbuh 13,45% yoy menjadi Rp3,66 triliun.
Pertumbuhan pendapatan BIRD sejalan dengan peningkatan kinerja di seluruh segmen bisnis. Mulai dari layanan taksi sebagai lini bisnis utamanya, yang mencatatkan pertumbuhan 11% yoy. Sementara itu segmen rental, shuttle, dan layanan lainnya meningkat 20,7% yoy.
BIRD sendiri menjadi salah satu emiten yang rajin menebar dividen. Tahun lalu, RUPS tahunan BIRD mengizinkan pembagian dividen sebesar Rp227,69 miliar atau Rp91 per lembar saham.
Nilai tebaran dividen tahun buku 2023 mencapai 50,27% dari laba bersihnya. Pada tahun buku 2023, perusahaan ini meraup laba bersih sebesar Rp452,9 miliar.
Lantas siapa sosok pemiliknya?
Mengutip laman resminya, Blue Bird dibangun Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, atau akrab disapa Bu Djoko pada 1972. Perusahaan yang dia dirikan setelah suaminya, Djokosoetono meninggal dunia.
Perusahaan itu dibesarkan bersama dengan putranya, Purnomo Prawiro, seorang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang kemudian beralih menjadi pebisnis bersama ibu dan saudaranya.
Sejak 1975, Purnomo kemudian dipercaya untuk emimpin Blue Bird sebagai Direktur Operasional, karena kakaknya, Chandra Suharto kala itu memilih untuk fokus menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Di bawah kepemimpinannya, Blue Bird berhasil mengoperasikan 2.000 unit taksi, sebelum akhirnya berinovasi meluncurkan layanan lainnya seperti Silver Bird, layanan taksi eksklusif, pada 1993.
Pada 2000, saat Bu Djoko meninggal dunia, dia harus menggantikan posisi Ibunya sebagai Presiden Direktur perseroan.
Hingga, pada 29 Oktober 2014, Purnomo juga yang mengantar perusahaan taksi terbesar di Indonesia itu ke lantai Bursa Efek Indonesia dan melaksanakan penawaran umum perdana saham alias IPO dengan harga penawaran Rp6.500 per saham.
Dia kemudian beralih ke peran sebagai Dewan Penasihat untuk PT Blue Bird Tbk. mulai 2019. Dia juga sempat dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan US$1,3 miliar atau sekitar Rp15,42 triliun pada 2014.
Meskipun kini tak lagi berada dalam daftar orang terkaya di Indonesia, melalui kepemilikan sahamnya di BIRD sebesar 302.294.300 saham,
Dengan harga saham rata-rata di BEI pada Jumat 14/3/2025 senilai Rp1.495, maka porsi saham Purnomo bernilai sekitar Rp452,07 miliar. Jumlah ini belum termasuk dengan dividen yang diterima serta harta dan investasi lainnya.