Bisnis.com, JAKARTA - Produsen cat asal India Asian Paint dikabarkan bakal melepas bisnisnya dan menutup pabriknya di Indonesia.
Rencananya, Asian Paints akan menjual bisnisnya ke perusahaan asal Singapura, Omega Property Investments Australia seharga US$5,6 juta dengan alasan menghadapi tantangan pertumbuhan setelah 9 tahun berdiri di Tanah Air.
Berawal dari Usaha Kecil di Garasi
Kiprah awal Asian Paints bermula pada 1 Februari 1942, ketika empat orang sahabat, Champaklal H. Choksey, Chimanlal N. Choksi, Suryakant C. Dani, dan Arvind R. Vakil, berkumpul untuk memproduksi cat di sebuah garasi di Bombay (dulunya Mumbai), Maharashtra.
Mereka kemudia menamai perusahaan mereka 'The Asian Oil & Paint Company'. Dalam waktu singkat, perusahaan tersebut mencatat omzet sebesar 350.000 rupee pada 1945 atau setara dengan Rp3,15 miliar saat itu.
Dengan berfokus pada strategi pemasaran yang inovatif, perusahaan ini dengan cepat memperluas usahanya ke wilayah pedalaman India dalam kurun waktu yang sangat singkat.
Seiring pertumbuhan Asian Paints, perusahaan mulai memperluas operasinya ke luar India. Pada 1975, perusahaan mendirikan anak perusahaan internasional pertamanya di Fiji, diikuti oleh negara-negara lain seperti Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka.
Baca Juga
Ekspansi perusahaan tidak terbatas hanya di Asia, dan pada 2003, perusahaan mengakuisisi 50% saham dalam usaha patungan dengan perusahaan cat Afrika Selatan, Kansai Paints.
Saat ini, Asian Paints adalah merek terkenal di Afrika Selatan, dan usaha patungan tersebut telah menjadi salah satu produsen cat terbesar di negara tersebut.
Masuk ke Indonesia
Asian Paints sendiri mulai beroperasi di Indonesia pada 2016. Pabrik Asian Paint mengedepankan produksi dengan teknologi canggih di kawasan industri Suryacipta, Karawang.
Dengan kapasitas produksi 25.000 ton/tahun, pabrik ini merupakan pabrik terbesar yang dimiliki Asian Paints di Asia Tenggara. Sebanyak 95% produk Asian Paints dibuat secara lokal, namun tetap dengan kualitas kelas dunia.
Asian Paints juga saat ini beroperasi di 15 negara, dan mendapatkan 9% dari pendapatannya dari bisnis internasionalnya. Adapun, bisnis catnya di Indonesia hanya menyumbang 0,24% untuk topline konsolidasi perusahaan.
