Bisnis.com, JAKARTA -- Sederet miliarder Indonesia masuk dalam daftar Forbes Real Time Billionaire, tapi ternyata tak semuanya.
Salah satu nama miliarder Indonesia yang absen dari daftar orang terkaya waktu nyata tersebut adalah Garibaldi Thohir, bos perusahaan batu bara PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO).
Berdasarkan data terakhir Forbes Indonesia's 50 Richest 2024, nama pria yang kerap disapa Boy Thohir itu muncul di urutan orang terkaya ke-17 di Indonesia. Namun, jika melihat daftar Real Time Billionaires List, nama Garibaldi Thohir dan keluarga tidak ada.
Lantas berapa kekayaannya?
Mengutip data Forbes, kekayaan Garibaldi Thohir sampai dengan 2024 mencapai US$3,8 miliar, atau setara dengan sektiar Rp61,3 triliun.
Kekayaannya sebagian besar berasal dari kepemilikan jumbo saham di ADRO, sebagai salah satu produsen dan eksportir batu bara terbesar di Indonesia.
Baca Juga
Menurut data Kustodian Sentral Efek Indoensia (KSEI), Garibaldi Thohir tercatat mengempit 6,43% saham ADRO atau sebanyak 1.976.632.710 lembar saham.
Selain itu, dia juga menggenggam saham di perusahaan bahan baterai kendaraan listrik, Merdeka Battery Baterials (MBMA) dengan kepemilikan sebanyak 8,46% pada 2024.
Tak hanya itu, Garibaldi Thohir juga memiliki saham di beberapa perusahaan lain, seperti di GOTO, TRIM, WOMF, BFIN, ASSA, dan ESSA.
Profil Garibaldi Thohir
Garibaldi Thohir merupakan pria kelahiran Jakarta, 1 Mei 1965. Dia menempuh pendidikan di Amerika Serikat, dengan meraih gelar Sarjana Administrasi Bisnis dari University of Southern Califonia pada 1988.
Dia kemudian melanjutkan gelar Master Adminstrasi Bisnis dari Northrop University Amerika Serikat.
Sebelum menjadi pebisnis ulung, Boy sempat bekerja di Astra, perusahaan yang juga dibesarkan dan dipimpin oleh ayahnya, Mochammad Teddy Thohir.
Setelah bekerja di Astra dan mengambil gelar Master, dia kembali ke Tanah Air dan akhirnya memutuskan mengikuti jejak sang ayah untuk menjadi pengusaha dan mulai membuat perusahaan properti, yang sempat membangun sebuah apartemen di kawasan Casablanca, Jakarta.
Namun, perusahaan tersebut tak berjalan mulus. Usaha propertinya beberapa kali terbentur kendala pembebasan lahan.
Dia kemudian memutuskan untuk banting setir dan memulai bisnis baru, dengan mulai terjung ke bidang pertambangan. Dia mulai dengan bekerja di PT Allied Indo Coal, di Sawah Luntoo, Sumatra Barat.
Sambil bekerja, dia juga membangun bisnisnya di bidang keuangan dengan mengakuisisi perusahaan multifinansial PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM Finance).
Perjalanan bisnisnya di dunia keuangan juga lagi-lagi terbentur kendala krisis moneter 1998. Namun, perusahaan tersebut berhasil bertahan dan bahkan kemudian melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2003.
Kemudian, pada 2005, Boy mendalami bisnis batu bara dengan mengakuisisi perusahaan asal Australia, PT Adaro Energy, bersama dengan Theodore Permadi Rachmat, Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, dan Benny Subianto.
Di bawah tangan dinginnya, Adaro sukses dan menjadi salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia, dan bahkan masuk dalam 50 perusahaan terbaik versi Forbes pada 2018.
Sampai pada 2024, Adaro Energy Indonesia mengganti nama menjadi Alamtri Resources Indonesia, dengan tujuan memperkenalkan identitas baru yang akan lebih fokus pada proyek ramah lingkungan.