Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan rintisan (startup) finansial Xendit mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawan agar bisa mencapai keuntungan.
Kendati sudah mencapai status Unicorn, Xendit Indonesia terpaksa melakukan efisiensi tim dengan PHK, demi mempertahankan bisnis lebih lama dan meningkatkan profitabilitas.
Namun, upaya ini disebutkan manajemen tidak akan berdampak pada komitmen perusahaan dan akan tetap menjadi gerbang pembayaran terkemuka di Indonesia dan Filipina.
Selain itu, Xendit juga memiliki target jangka panjang untuk membangun infrastruktur pembayaran di seluruh Asia Tenggara.
Sebagai informasi, Xendit merupakan perusahaan teknologi finansial yang menyediakan solusi pembayaran dan menyederhanakan proses pembayaran bisnis di Indonesia.
Berdasarkan catatan Bisnis, Xendit menjadi startup finansial pertama yang berstatuskan unicorn atau memiliki nilai valuasi di atas US$1 miliar atau Rp14,8 triliun pada 2021.
Baca Juga
Hal itu didapatkan Xendit setelah mengantongi pendanaan Seri C yang dipimpin oleh Tiger Global Management sebanyak US$150 juta.
Kemudian, pada kuartal II/2022, Xendit kembali mendapatkan pendanaan seri D senilai US$300 juta atau senilai Rp4,3 triliun. Pendanaan ini dipimpin oleh Coatue dan Insight Partner, yang diikuti oleh Accel, Tiger Global, Kleiner Perkins, EV Growth, Amasia, Intudo dan Goat Capital.
Sosok di Balik Xendit Indonesia
Mengutip berbagai sumber, di belakang berdirinya Xendit, ada perempuan kelahiran Sukabumi bernama Tessa Wijaya yang mengantarkan perusahaan tersebut mencapai posisi perusahaan Unicorn bernilai US$1 miliar.
Dia juga menjadi co-founder dan perempuan pertama yang memimpin perusahaan Unicorn di Indonesia, meskipun tanpa latar belakang pendidikan di bidang teknologi dan keuangan.
Tessa juga bukan merupakan lulusan universitas bergengsi di AS. Dia merupakan lulusan Master of Philosophy di University of Sydney.
Tessa menyebutkan memulai bisnis Xendit karena melihat adanya peluang untuk memajukan ekonomi Indonesia dengan digitalisasi dan mempercepat peredaran uang.
Tessa membangun Xendit pada 2016 bersama rekannya Moses Lo dan Bo Chen. Saat itu, Moses dan Bo memulai perusahaan rintisannya di rumah yang dijadikan sebagai kantor. Mereka membangun Xendit dari awal tanpa gaji, hingga menjadi besar dan mendapatkan pendanaan ratusan juta dolar.
Berada di industri dengan minim keterlibatan perempuan tak membuat Tessa mundur. Meskipun menghadapi banyak kegagalan, Tessa dan kawan-kawan tak ragu melakukan perubahan strategi agar bisa mencapai kesuksesaan.
Xendit berhasil masuk dalam jajaran 10 perusahaan teratas di Asia Pasifik ini telah mengumpulkan pendanaan Seri D sebesar US$300 juta atau Rp4,4 triliun yang dipimpin oleh Coatue dan Insight Partners, dengan total pendanaan mencapai US$538 juta atau Rp7,9 triliun pada Mei 2022.
Perusahaan ini pun mengantongi status unicorn setelah berhasil mengamankan putaran pendanaan sebelumnya pada September 2021 dan sudah memiliki lebih dari 3.500 pelanggan dan melaporkan transaksi tahunan meningkat tiga kali lipat dari 65 juta menjadi 200 juta dari 2021 hingga 2022.