Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis sepatu punya potensi prospek yang cerah, hal ini dibuktikan oleh salah satu pelaku bisnisnya yakni Yukka Harlanda.
Dia menangkap peluang tersebut dengan mendirikan BRODO yang berpusat di Bandung, Jawa Barat.
Bisnisnya itu, diawali dari keresahan sang founder mencari sepatu big size merek lokal dengan ukuran 46. Bermodal nekat, akhirnya dia bersama sang sahabat mulai berkolaborasi untuk menghadirkan desain sepatu yang menarik.
Usahanya pun berbuah manis, sepatu yang kini banyak digandrungi anak muda itu, bahkan sempat terpilih sebagai cendera mata resmi perhelatan Asian Games 2018, alhasil BRODO kian sukses menjual 100.000 pasang per bulan.
Lantas, seperti apa sosok dari Yukka Harlanda? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Kehidupan Awal Yukka Harlanda
Yukka Harlanda menghabiskan masa kecilnya di banyak negara, salah satunya Amerika untuk menemani sang Ayah melanjutkan pendidikan di Syracuse University dengan jurusan Informatika tahun 1996.
Baca Juga
“Saat itu TK saya sudah ada di sana. Lalu, saat SD kelas dua, kami pindah ke Indonesia. Malah, culture shock, karena saya tidak bisa berbahasa Indonesia,” jelasnya dilansir dari Episode Endgame ‘Indonesia Tolok Ukur Hasta Karya Dunia’ pada Jumat (17/2/2023).
Yukka menceritakan sifatnya yang pekerja keras ini berasal dari didikan kedua orang tuanya yang sangat disiplin dalam mendorong para anaknya menjadi pribadi mandiri.
“Kami empat bersaudara dan hanya beda satu taun. Saya anak nomor tiga. Kami saat SMA sudah disuruh untuk melakukan exchange, kala itu saya ditaruh di US, Iowa,” ungkapnya.
Dia pun menceritakan soal mimpi kecilnya yang beragam. “Saya ingat, waktu itu kelas 3 SD, ditanya guru mau jadi apa. Saya jawabnya mau jadi CEO Nike, bukan dokter, pilot ataupun yang dipikirkan anak-anak saat itu,” katanya.
Perjalanan Bisnis Yukka Harlanda
Singkat cerita, Yukka pun kembali ke Indonesia dan seolah mengikuti jejak sang Ayah, dia pun memutuskan untuk masuk ke jurusan Teknik Sipil Insitut Teknologi Bandung.
Bermula dari perintah sang dosen untuk meminta para mahasiswanya menggunakan pakaian resmi kala presentasi, ternyata hal itu bisa menjadi gerbang bisnis bagi Yukka.
“Waktu itu cari ukuran besar kan susah ya. Terus, partner bisnis saya yang sekarang, yaitu Putera Dwi Kurnia minta saya untuk buat sepatu ke Cibaduyut, di sana ternyata harganya lebih murah dengan brand luar, padahal kualitas sama,” ceritanya.
Pengalamannya ke Cibaduyut, lantas membuat Yukka memanfaatkan potensi bisnis ini untuk bisa dia jual lagi kepada adik tingkat, teman, hingga keluarga. Yukka dan Putera hanya mengandalkan model sepatu dari internet yang kemudian dimodifikasi sesuai gaya dan khas yang ingin mereka tonjolkan.
Semenjak itu, Yukka dan Putera pun giat mengembangkan bisnis, dari yang awalnya sepatu tidak bermerek, sampai akhirnya BRODO rilis di tahun 2010 di kamar asrama Yukka, menggunakan garasinya sebagai gudang dan “toko”.
“Momen sukses itu, kita bisa pertama kalinya menjual 30 pasang per bulan,” cerita pria lulusan Teknik Sipil tersebut.
Mereka kemudian konsisten membangun citra produk sepatu kulit di kalangan konsumen bahwa sepatu kulit tidak harus mahal tapi tetap berkelas. Strategi pemasaran pun terus mereka maksimalkan, salah satunya lewat toko online.
Kini, melalui PT Brodo Ganesha Indonesia, Brodo telah menjadi perusahaan sepatu direct-to-consumer pertama di Indonesia yang menawarkan lini produk beragam dengan kualitas tinggi, mulai dari sepatu formal dan casual, serta sneakers, dan boots dan berhasil menghasilkan 100.000 pasang sepatu tiap bulannya per 2023.
