Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MOCHTAR RIADY Bangun Institut Pengobatan Berbasis Teknologi Nano

Sosok Mochtar Riady tidak sekadar identik dengan grup bisnis besar yaitu Lippo, namun juga lekat dengan lembaga penelitian teknologi nano di bawah nama Mochtar Riady Institute.
Pendiri Lippo Group Mochtar Riady. /Bisnis.com
Pendiri Lippo Group Mochtar Riady. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Sosok Mochtar Riady tidak sekadar identik dengan grup bisnis besar yaitu Lippo, namun juga lekat dengan lembaga penelitian teknologi nano di bawah nama Mochtar Riady Institute. 

Bagaimana perkembangannya sejauh ini? Dia berkisah ikhwal minatnya terhadap teknologi tersebut. Teknologi nano, ungkap Mochtar Riady, terbagi dalam dua arah yang berbeda. Satu adalah life science dan satunya lagi material science.

“Jadi nano, teknologinya bisa dibagi untuk dua sektor. Kalau kita mempunyai industri dasar yang banyak kita perlu lebih konsentrasi mengembangkan yang materil, tapi kalau tidak ada industri dasar ini enggak nyambung, life science ini yang lebih gampang. Jadi saya pilih yang life science,” ujarnya kepada Bisnis.com.

Kisahnya dimulai pada Januari 2002 hingga 2007, ketika dirinya terpilih menjadi ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Indonesia. Nah, saat itu, saya disodorkan empat buku yang tebal tentang pembangunan UI 25 tahun ke depan.

Singkat cerita Mochtar yang ketika itu mendapat kepercayaan untuk membuat perencanaan masa depan Universitas Indonesia. Ini dibahas dengan sejumlah buku yang bercerita 25 tahun Universitas Indonesia. Ketika itu terjadi kebuntuan membayangkan rencana UI dalam 25 tahun ke depan. Padahal MWA hanya memiliki masa jabatan 5 tahun.

“Saya pikir[ saat itu]  kita jangan hanya cerita tahun yang panjang, cerita tentang apa yang di depan yang kita mau. Apa yang harus UI kerjakan, itu lebih efektif, dan saya mau ceritanya tentang [pembangunan UI dalam] 2,5 tahun saja. Jangan cerita panjang-panjang.”

Alhasil Mochtar cukup membutuhkan dua helai rencana kerja, hanya dua lembar kertas saja. Satu cerita administrasi UI. Kedua adalah tentang akademi, ini adalah tugas atau misi UI yakni mencerdaskan, meningkatkan produktivitas bangsa Indonesia. Ini dua tujuan, pokoknya jangan cerita lain, pokoknya bagaimana cara meningkatkan kapasitas cara kerja orang Indonesia.

Untuk ini ada tiga teknologi yang tidak bisa diabaikan yakni teknologi nano, life science, dan information technology (IT). Ini tiga teknologi yang paling penting, kalau Indonesia mau menjadi suatu bangsa yang maju, tiga teknologi ini. “Akhirnya semua setuju, dua lembar, kita punya kebijakan UI hanya dua lembar yang paling simple.“

Meskipun memilih teknologi nano, Mochtar yang pernah berpengalaman 8 tahun duduk sebagai dewan Board of Trustees University of Southern California Amerika 8 tahun, pernah di Berkley, 2 tahun di Beijing University, mendapat pengetahuan tiga teknologi ini. Kalian ini profesor semua masa tidak ada satupun yang mengerti teknologi itu, pada tahun 2002.

“Akhirnya saya membaca 16 buku tentang nanoteknologi. Saya mau tahu apa itu teknologi nano, baru saya membuat penjelasan kepada teman-teman di MWA. Saya bilang nano ini sesungguhnya adalah bagaimana katalis suatu benda menjadi yang paling kecil, sehingga menghancurkan struktur dari pada molekulernya dan nanti dibentuk kembali strukturnya ini akhirnya menjadi suatu barang yang lain.”

Disebut nano karena memecahkan molekulernya itu adalah urusan dengan benda-benda yang sangat kecil yang hanya bisa diukur oleh nanometer. “Simple-nya seperti itu.”

Dia memberi contoh batu bara yang memiliki struktur molekuler yang panjang maka menjadi berat, hitam tetapi kalau itu melalui pemanasan akhirnya itu dipecah, melalui suatu proses bisa menjadi gas, molekulernya sebetulnya karbon, yang struktur molukulernya yang berat itu bisa menjadi sangat ringan. Dari gas melalui proses bisa menjadi minyak, dan minyak bisa diproses lagi menjadi polyester, ini proses semua ini menjadi teknologi nano.

Semua itu dijelaskannya di depan para profesor. Jadilah kemudian Mochtar Riady merasa harus bertanggung jawab dengan pilihannya itu. Terbangunlah institut yang mengembangkan penelitian bukan dalam batasan materil, namun dalam hal life, atau tentang pengobatan yang juga erat kaitannya dengan DNA yang berbentuk molukuler ini.

Apa tujuannya? Dia mengumpamakan timbulnya penyakit pada manusia. Padahal manusia memiliki gen yang berfungsi imunitas, kekebalan. Ada salah satu gen namanya GLK ini yang mengontrol mulekuler lain yang biasa disebut IL1, IL2 dan banyak sekali.

“Di dalam itu ada satu IL17. Ini ibaratnya tentara tempur, kalau ada satu bakteri dari luar masuk nah dia bertempur dengan bakteri. Masalahnya muncul kalau IL17 ini tidak bisa dikontrol oleh GLK, menjadi ngawur dan bisa membunuh ‘saudaranya’ sendiri. Akhirnya ini menjadi penyakit. Salah satu penyakitnya namanya Lupus.”

Peran institut ini adalah meneliti bagaimana mengobati lupus ini yang sampai sekarang tidak ada obatnya. “Itulah maka kami riset sampai sekarang.” (Thomas Mola, Roni Yunianto & Abraham Runga Mali)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu (30/9/2015)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper