Bisnis.com, JAKARTA -- Kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Riau menelan korban jiwa. Ratusan warga di wilayah korban asap menderita ISPA.
Untuk dukung upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, Sinar Mas Asia Pulp & Paper (APP) bersama Rumah Sakit Eka Hospital memberi bantuan pemeriksaan dan kesehatan gratis bagi masyarakat terkena dampak kabut asap di provinsi Riau.
"Posko kesehatan ini dibuka mulai hari ini sampai dengan beberapa hari kedepan, di desa Kuala Kabupaten Kampar, Riau," jelas Direktur APP Sinar Mas, Suhendra Wiriadinata di Jakarta, Selasa (29/9/2015).
Bantuan kesehatan Sinar Mas Peduli Asap ini sebelumnya telah terlaksana di 6 titik lokasi, yaitu 3 lokasi di provinsi Riau dan 3 lokasi lainnya di provinsi Sumatera Selatan, dimana lebih dari 40 tenaga medis Rumah Sakit Eka Hospital diturunkan, dan sekitar 4.000 orang telah memanfaatkan pemeriksaan dan pengobatan gratis melalui program ini.
"Kami berharap program yang kami lakukan ini dapat membantu dan meringankan beban mereka yang terkena dampak dari kabut asap," ujarnya.
Sinar Mas peduli asap, tambah Suhendra, merupakan bagian dari rangkaian peran aktif untuk membantu satuan tugas kebakaran hutan dan lahan (satgas karhutla) bahu membahu bersama pemerintah daerah, TNI dan BNPB.
Dukungan pencegahan serta pengendalian Karhutla antara lain dengan mengirim 3 unit helicopter sebagai pemantauan dan pemadaman dengan water bombing, serta menerjunkan 2700 personel pemadam kebakaran di Riau, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat.
"Dari tahun 2008 kami bentuk masyarakat peduli api (MPA) dengan melatih, melengkapi dan memberi insentif masyarakat sebagai garda terdepan pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan, dimana sejumlah 2500 relawan MPA telah dibina dan tersebar di 159 desa," tambahnya.
Kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana tahunan yang tidak hanya merugikan negara dan masyarakat tetapi juga bagi pelaku usaha termasuk pemegang konsesi hutan tanaman industri (HTI) serta industri hilirnya.
Kerugian tidak hanya dari sisi lingkungan dan kesehatan tetapi juga dari sisi ekonomi. Bagi pemegang konsesi hutan tanaman industri, diperkirakan kerugian investasi pembangunan HTI yang terbakar berkisar Rp16 juta-Rp20 juta/ hektar, juga kehilangan potensi pendapatan dari penjualan tanaman yang terbakar, serta terganggunya kegiatan operasional pengelolaan hutan dan pemanenan, sampai dengan terganggunya pasokan bahan baku kepada industri hilirnya.