Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KIAT MANAJEMEN: Drama Kepemimpinan Lotte

Inilah secuplik drama yang terjadi di Lotte Group, konglomerat terbesar nomor delapan di Korea Selatan (Korsel). Perusahaan ini didirikan oleh Shin Kyuk-Ho pada 1948. Saat ini, Shin yang lahir pada 4 Oktober 1922 telah berusia 92 tahun. Meski demikian, Shin masih memegang kendali penuh atas Lotte.
Lambang Lotte. /
Lambang Lotte. /

Inilah secuplik  drama yang terjadi di Lotte Group, konglomerat terbesar nomor delapan di Korea Selatan (Korsel). Perusahaan ini didirikan oleh Shin Kyuk-Ho pada 1948. Saat ini, Shin yang lahir pada 4 Oktober 1922 telah berusia 92 tahun. Meski demikian, Shin masih memegang kendali penuh atas Lotte.

Menurut karyawan Lotte, dia masih rajin memberikan arahan. Baru-baru ini, Shin mengadakan tur keliling ke sejumlah lokasi pembangunan proyek-proyek yang ditangani oleh Lotte. Tahun lalu, Lotte berhasil membukukan pendapatan sebesar kurang lebih US$70 miliar.

Nama Lotte sendiri diambil dari Charlotte, tokoh pahlawan dari novel berjudul The Sorrows of Young Werther, yang diterbitkan pertama kali pada 1774. Novel ini dikarang oleh Johan Wolfgang von Goethe.

Dua orang anak Shin menjalankan operasi bisnis Lotte di Korsel dan Jepang. Kendati demikian, tidak pernah diumumkan bahwa salah satu atau keduanya akan menjadi putra mahkota kerajaan Lotte, menggantikan Shin.

Kabar terakhir, kedua anak Shin yang bergabung di Lotte sedang berselisih. Agaknya perselisihan ini sudah mulai berlangsung sejak tahun lalu, tetapi baru muncul ke permukaan beberapa minggu terakhir.

Pada Desember tahun lalu, Dong-joo, anak tertua Shin yang menangani operasi perusahaan di Jepang, dicopot dari jabatannya. Demikian dinyatakan oleh Lotte Group yang berbasis di Seoul, Korsel. Beberapa bulan kemudian, adik Dong-joo,  Dong-bin, yang menangani operasi perusahaan di Korsel, yang lingkupnya jauh lebih luas, dipromosikan sebagai Wakil Direktur Utama di Lotte Holding.

Saat itu, para analis meyakini bahwa Dong-bin yang akan menggantikan  ayahnya untuk memimpin Lotte. Namun, pada akhir Juli lalu, Shin terbang ke Tokyo bersama Dong-joo dan memecat Dong-bin berikut lima orang anggota dewan direksi. Sayangnya, juru bicara Lotte Group menolak mengomentari lebih jauh tentang adanya perselisihan di antara kakak beradik Dong.

Beberapa hari kemudian, pihak Dong-bin mengeluarkan pernyataan yang isinya mempertanyakan tindakan saudaranya. Sejak saat itu, terjadi saling tantang, saling tuding, dan saling klaim di antara kakak beradik Dong berikut pendukungnya masing-masing.

Menurut Park Ju-gun, seorang analis, kekisruhan yang terjadi di Lotte sebenarnya berakar dari keengganan Shin untuk menyerahkan tampuk kepemimpinan perusahaan kepada generasi penerus. Lotte tidak mempunyai perencanaan suksesi. Shin merasa bahwa kendali perusahaan harus tetap berada di tangannya hingga akhir.

Bagaimana kelanjutan dan akhir drama di Lotte ini, masih harus kita nantikan. Bagaimana pun, apa yang terjadi di Lotte sebenarnya kerap dijumpai di banyak perusahaan keluarga. Generasi senior enggan menyerahkan tanggung jawab dan wewenang yang telah sekian lama digenggamnya kepada generasi muda, terutama untuk hal-hal yang bersifat strategis.

Mereka kerap memberikan instruksi dan tugas kepada para manajer di level operasi tanpa sepengetahuan generasi muda. Mereka bersikap layaknya Superman yang bisa membereskan segala hal. Kesemuanya itu terjadi meski generasi senior telah mengumumkan secara resmi pengunduran dirinya.

Fenomena ini bisa disebut dengan “Die Hard Syndrome”, yang mengakibatkan terjadinya dualisme kepemimpinan. Kondisi ini menjadikan karyawan bingung karena menerima  banyak instruksi, yang tidak jarang saling bertentangan satu sama lain. .

Yang lebih gawat, ketidakmauan para senior untuk menyerahkan kepemimpinan dapat berdampak buruk kepada generasi muda. Mereka menjadi tidak bebas untuk berkreasi,  tidak bebas mengekspresikan diri, dan kehilangan peluang untuk mengasah kompetensi mereka. Akibatnya, mereka menjadi amat tergantung kepada orangtua mereka. Saat tiba waktunya mereka tampil, mereka kurang bisa memimpin. Ketiadaan kesempatan untuk mengasah dan membuktikan kompetensi juga dapat mengakibatkan generasi muda merasa frustrasi.

Lantas bagaimana mengatasi hal ini? Tentu harus dibuat perencanaan suksesi yang matang dan adil. Namun, sebelumnya perlu ditanamkan pemahaman mengenai pentingnya suksesi. Selanjutnya, kepada generasi senior perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa masalah suksesi bukan hanya terkait dengan dirinya, tetapi juga keluarga, perusahaan, dan masyarakat luas.

Dengan adanya perencanaan suksesi yang adil, keluarga akan menjalankan perannya dengan nyaman. Hal ini karena masing-masing pihak tahu akan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya. Kondisi ini tentu penting demi kelanjutan bisnis keluarga.

Bagi perusahaan, suksesi yang direncanakan dengan baik akan menghasilkan kepastian bagi para pemangku kepentingan seperti karyawan, pemasok, dan investor. Kepercayaan mereka pun tidak akan luntur karena yakin bisnis keluarga tetap berada di tangan orang-orang yang kompeten.

Dari sisi masyarakat, pemilik harus sadar bahwa perusahaan yang dipimpinnya turut berkontribusi bagi masyarakat, khususnya melalui produk-produk yang membantu meningkatkan taraf hidup orang banyak. Perusahaan keluarga juga tidak kecil sumbangannya bagi perekonomian nasional.  Sejatinya, perusahaan memiliki tanggung jawab moral agar kontribusi tersebut terus berlanjut. Dengan adanya suksesi yang matang, peluang untuk kelanjutan itu terbuka lebar.

Peran aktif penerus dalam proses suksesi juga penting. Penerus berkewajiban memastikan bahwa suksesi berlangsung sedemikian rupa sehingga generasi senior tidak merasa tersingkir atau diasingkan setelah mundur dari posisi puncak.  Generasi penerus bisa mendorong orangtuanya untuk aktif menulis, membagi ilmu, dan berkiprah di kegiatan-kegiatan sosial.

 

Penulis

Patricia Susanto

CEO The Jakarta Consulting Group

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Patricia Susanto
Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia Week End edisi 16/8/2015
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper