--- Peserta akan dilatih menganalisa produk dan mengidentifikasi peluang menyempurnakan produk. Juga berinovasi pada pelbagai ide untuk menambah nilai produk, layanan, dan sistem--
“Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!” Kalimat yang terlontar dari Soekarno.
Presiden pertama Indonesia, beberapa puluh tahun lalu itu masih relevan hingga kini. Bahkan, menyesap sampai ke sebuah gedung di selatan Jakarta.
Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk, membacakan pernyataan Soekarno itu di depan puluhan mahasiswa. Bukan tanpa sebab dia berucap. Di depannya duduk puluhan mahasiswa yang sudah mengikuti program XL Future Leaders. Kali ini, Hasnul ingin mengobarkan lagi semangat kepemimpinan para pemuda bangsa lewat program serupa untuk kedua kalinya.
Tak tanggung-tanggung, program yang lahir sejak Juni 2012 itu punya cita-cita mengantarkan pemuda Indonesia untuk bisa berkompetisi di tingkat dunia. Program ini pun dirancang untuk memberikan sumbangan bagi pemerintah Indonesia dalam menjadikan Indonesia sebagai satu dari lima kekuatan utama dunia ekonomi pada 2030.
“Tunjukkan bahwa Anda mampu untuk menjadi pemimpin bagi diri Anda, lingkungan Anda, dan siap bersaing di kancah global. Bukan besok, tapi dimulai dari sekarang,” kata Hasnul.
Program XL Future Leaders bertujuan mengembangkan keahlian utama atau life skills. Caranya, lewat metode belajar baru, yakni memadukan kelas tatap muka – lima kali per tahun –, belajar memanfaatkan program-program berbasis teknologi informasi komunikasi, dan aktivitas sosial lapangan.
Tidak hanya itu, program tersebut memberikan kesempatan kepada para calon pemimpin untuk membangun jejaring dan menggali inspirasi melalui kegiatan-kegiatan XL Meet the Leader.
Proses pendidikan dan bimbingan bagi peserta program mengacu pada kurikulum Xcel yang dirancang oleh XL bekerja sama dengan Cognition. Cognition merupakan lembaga pendidikan global yang mengembangkan kurikulum program sejenis. Kini program itu diterapkan di sejumlah negara, antara lain Malaysia, yang dijalankan oleh Axiata (Axiata Young Talent Program/ YTP).
Kurikulum Xcel menekankan pada tiga kompetensi utama, yakni komunikasi yang efektif, mengasah jiwa kewirausahaan dan inovatif, serta kemampuan mengelola perubahan. Bahasa Inggris akan digunakan sebagai bahasa pengantar dan percakapan utama selama pelatihan berlangsung.
Komunikasi yang efektif artinya memiliki gaya berbicara di depan publik yang jelas. Peserta pun dilatih untuk menggunakan kemampuan komunikasi dalam bernegosiasi, memecahkan konflik, dan menerima aduan.
Peserta pun akan dilatih menganalisa produk dan mengidentifikasi peluang menyempurnakan produk. Juga berinovasi pada pelbagai ide untuk menambah nilai produk, layanan, dan sistem.
“Dengan begitu, lewat program ini, peserta dapat mengembangkan diri serta mampu mengembangkan dan memimpin orang lain,” ujar Hasnul.
PENJARINGAN
XL akan memilih 120 mahasiswa terbaik dari seluruh daerah di Indonesia melalui proses seleksi dan penyaringan untuk dapat mengikuti program XL Future Leaders 2 selama 2 tahun.
Pendaftaran yang dibuka mulai 22 April hingga 30 Juni 2013 ini memungkinkan mahasiswa mendaftar secara online. Syarat mendaftar cukup mudah. Peserta berusia maksimal 21 tahun, belum menikah, terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi Indonesia dengan IPK minimum 2,8, serta aktif berorganisasi.
Agar program menyebar, XL akan menggelar University Roadshow di delapan universitas yang terletak di delapan kota, yakni Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Banjarmasin.
Ismet, mahasiswa Universitas Gadjah Mada, tidak menyia-nyiakan kesempatannya setelah mendapat bekal dari XL Future Leaders 2012. Saat ini dia tengah mengembangkan usaha waralaba minuman. Rencananya, saat Ramadhan tiba, usahanya dijalankan. Usaha kecil-kecilan ini dirintisnya setelah 4 bulan menuntaskan program.
“Wah, Ismet ini hebat sudah punya waralaba minuman. Saya yang sudah sekian tahun bekerja belum punya,” kelakar Hasnul.
Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, mengatakan Indonesia harus membangkitkan orang-orang yang dapat diikuti lingkungannya. Dia bercerita betapa beruntung dirinya saat duduk di bangku SMA di Yogyakarta, Anies ikut program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat.
Perjalanan itu amat mengubah pandangan hidupnya, terlebih saat melihat orang-orang Indonesia hebat yang mampu berkiprah di kancah internasional. Paling berkesan saat dia melihat kiprah Soedjatmoko, duta besar Indonesia pertama untuk Amerika Serikat.
Berkat dialah, banyak orang asing tertarik terhadap Indonesia. Karena kecerdasannya, kalangan intelektual Amerika Serikat menjuluki Soedjatmoko sebagai The Prince of Indonesia Intellectuals. Padahal, dia tidak menyandang gelar akademik formal.
“Tapi dia amat cerdas. Dihormati banyak orang asing. Saya bertanya-tanya, apa yang membuat orang tersebut bisa begitu hebat? Bagaimana saya mengembangkan diri saya, minimal mendekati figur itu?” tutur Anies.
Baginya, saat ini ada banyak celah bagi para pemuda Indonesia bisa mendekati kehebatan Soedjatmoko, bahkan menyamainya. Salah satu celah itu yakni program pelatihan dan pengembangan kemampuan seperti yang ditawarkan XL. “Ini peluang yang kalau Anda tidak ambil, Anda berdosa bagi Indonesia.”